Selasa, 25 Agustus 2015

US bukan lagi no.1

Kurs Rupiah akhirnya kemarin (senin, 24 Agustus 2015) menembus rekor terburuk sejak 17 tahun terakhir yaitu diatas Rp. 14.000,-. pertanyaan apa yang terjadi sehingga kurs melemah signifikan? tentu hal ini tidak terlepas dari kondisi perekonomian dunia, khusus-nya kebijakan China untuk melakukan Devaluasi Yuan. namun yang menjadi pertanyaan dikalangan khalayak adalah mengapa China melakukan devaluasi? apakah pelambatan ekonomi China sudah begitu mengkuatirkan sehingga mereka harus melakukan devluasi? berikut analisis saya: berdasarkan data kuartal 2/2015 ekonomi China tumbuh 7% (lebih tinggi dari konsensus 6,8%) dan mengalami surplus perdagangan. secara logika teori ekonomi, seharusnya Yuan malah mengalami apresiasi terhadap berbagai mata uang dunia. namun mengapa pada tanggal 11/8/2015, China mengumumkan devlaluasi hampir 2%? menurut analisis saya hal ini bukan karena untuk mencerminkan nilai sebenarnya Yuan (alasan resmi dari Bank Sentral China) namun lebih dari tindakan balasan China atas hasil pertemuan Executive Board IMF. sebagaimana diketahui mata uang dunia yang diakui IMF sebagai SDR adalah USD, Pound, Euro dan Yen (notabene adalah blok USA). China sebagai negara dengan kekuatan ekonomi nomor 2 terbesar dunia (11,2% total GDP Dunia), dan memiliki cadangan devisa USD terbesar dunia (lebihd ari USD 3 triliun), tidak termasuk dalam SDR IMF. apalagi pada pertemuan executive board IMF (11/8/2015) diputuskan Yuan paling cepat dapat menjadi SDR IMF pada bulan September 2016. tentu hal ini membuat China marah. pada saat detik-detik menjelang pengumuman executive board IMF tersebut, Bank of China mengumumkan devaluasi 2% yang membuat seluruh bursa saham dunia rontoh dan diikuti dengan devaluasi mata uang negara lain dalam tempo yang singkat. China ingin memberikan signal kepada dunia bahwa mereka dapat melakukan sesuatu yang akan berdampak pada dunia. trelbih lagi FED Res. berencana unutk menaikkan suku bunga bulan September 2015. china mendahului keputusan Fed Reserve dg mendevaluasi mata uangnya. apakah Fed tetap akan berani menaikkan suku bunganya? bila Fed tetap menaikkan suku bunga tentu hal ini akan membahayakan perekonomian USA yang baru mulai menujukkan perbaikan. bila Fed bersikeras untuk menaikkan suku bunga, maka USD akan menguat lebih tinggi pada semua mata uang dunia. dan ini akan mengancam pemulihan ekonomi USA, dan akhirnya akan mendorong dunia ke jurang depresi yang dalam (mengingat USA adalah kekuatan ekonomi dunia nomor 1, dengan menguasai 18,1% GDP dunia). dari sini kita terlihat bahwa China ingin menunjukkan pada dunia bahwa saat ini ekonomi dunia bukan lagi dikuasai Barat (Baca USA dkk), tapi China akan menjadi super power di bidang ekonomi. pertarungan antara Barat (USA dkk) VS China, tentu akan berdampak pada semua negara termasuk Indonesia. Saat nya Timur mendikte dunia, seperti ramalan Alfin Toffler from west to east. (Dr. Werner)